, ,

Mengenal Sejarah dan Makna Kue Keranjang Pada Saat Perayaan Imlek

by -683 Views
by

Kue Keranjang, atau biasa dalam bahasa Mandarin disebut sebagai Nian Gao (年糕), dalam dialek Hokkian disebut Ti Kwe (甜棵). Arti Kue Keranjang adalah kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula, serta mempunyai tekstur yang kenyal dan lengket. Penamaan Kue Keranjang ini berasal dari wadah cetaknya yang berbentuk keranjang.
Kue Keranjang merupakan salah satu jenis kue tradisional yang sering dijumpai dalam budaya Tionghoa, terutama saat perayaan Imlek atau Tahun Baru Tionghoa. Kue ini memiliki sejarah yang panjang dan kaya, mencerminkan warisan dan tradisi masyarakat Tionghoa yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Kue Keranjang mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, tujuh hari menjelang tahun baru Imlek (廿四送尫 Ji Si Sang Ang), dan puncaknya pada malam menjelang tahun baru Imlek. Sebagai sesaji, biasanya Kue Keranjang Imlek tidak dimakan sampai perayaan Cap Go Meh (malam ke-15 setelah tahun baru Imlek).

Sebagai salah satu hal yang identik dengan perayaan tahun baru Imlek, Kue Keranjang tentunya memiliki arti hingga sejarahnya tersendiri. Untuk mengetahui lebih lanjut, simak serba-serbi seputar Kue Keranjang Imlek berikut ini:

Sejarah Kue Keranjang

Sejarah Kue Keranjang: Dipersembahkan untuk Dewa Tungku
Mengenai sejarah kemunculan kue keranjang, kebanyakan bersumber dari legenda ataupun mitos yang populer di tengah masyarakat. Legenda pertama menyebutkan, makanan khas Imlek ini merupakan hidangan yang sengaja dipersembahkan untuk Dewa Tungku (Cau Kun Kong).
Orang Tionghoa percaya bahwa anglo (tempat masak) di setiap rumah dihuni oleh Dewa Tungku. Dewa tersebut dikirim oleh Raja Surga (Giok Hong Siang Te) untuk mengawasi perilaku penghuni rumah dalam membuat masakan sehari-hari.
Setelah menjalankan tugasnya, Dewa Tungku akan kembali ke surga untuk memberi laporan ke Raja Surga. Sang dewa akan selalu pulang setiap tanggal 24 di bulan ke-12 kalender cina, yakni H-6 perayaan Imlek.
Supaya laporan yang diserahkan oleh sang dewa baik, masyarakat Tionghoa terdahulu sengaja menyiapkan kue keranjang. Teksturnya yang lengket mampu mencegah Cau Kun Kong dari mengatakan hal-hal buruk tentang keluarga tempat ia ditugaskan.
Legenda itulah yang menjadi alasan masyarakat etnis Tionghoa memasak banyak kue keranjang sebelum Tahun Baru Imlek.
Sejarah Kue Keranjang: Nian, Raksasa Pemakan Manusia
Legenda lain meyakini, terciptanya kue keranjang bermula dari keberadaan seekor monster dataran China bernama Nian. Menurut kepercayaan masyarakat, nama Nian sendiri diambil dari gunung ia berada. Monster berupa raksasa ini menghuni sebuah gua di gunung tersebut.
Nian sebenarnya memangsa hewan. Namun, semasa musim dingin, para hewan bersembunyi dan berhibernasi. Alhasil, si raksasa beralih memburu manusia untuk dijadikan santapannya.
Masyarakat yang hidup di tempat Nian berada tentu merasa ketakutan. Hingga akhirnya, seseorang bernama Gao dari desa tersebut datang dengan ide cemerlang.
Dirinya membuat sebuah kue yang terbuat dari campuran gula dan tepung beras ketan. Setelah jadi, kue tersebut diletakkan di depan pintu rumah untuk menyambut si raksasa.
Jadi, alih-alih memangsa manusia, Nian yang datang akan menyantap kue buatan Gao sampai dirinya kenyang. Karena kejadian tersebut, kue berbahan tepung ketan gula tersebut dijuluki nian gao alias kue keranjang.
Simbolisme Kue Keranjang

Kue Keranjang memiliki makna simbolis yang mendalam dalam budaya Tionghoa. Bentuknya yang bulat dan padat melambangkan keluarga yang utuh dan solidaritas. Selain itu, kata “Nian Gao” dalam bahasa Tionghoa memiliki pengucapan yang mirip dengan kata-kata yang berarti “tumbuh lebih tinggi” atau “napas panjang,” sehingga kue ini menjadi simbol keberuntungan, kemakmuran, dan umur panjang.

Peran dalam Perayaan Imlek

Kue Keranjang biasanya disajikan selama perayaan Imlek untuk membawa keberuntungan dan kemakmuran bagi keluarga yang memakannya. Kue ini juga menjadi bagian penting dari tradisi Tionghoa yang melibatkan penghormatan kepada leluhur dan dewa-dewa. Selama perayaan tahun baru, kue keranjang sering diberikan sebagai hadiah kepada keluarga dan teman-teman sebagai bentuk penghormatan dan harapan untuk tahun yang lebih baik.

Proses Pembuatan Kue Keranjang

Pembuatan Kue Keranjang melibatkan beberapa tahap yang membutuhkan keterampilan khusus. Bahan utamanya adalah beras ketan yang direndam dalam air selama beberapa jam, kemudian dihaluskan menjadi adonan yang kental. Adonan ini kemudian dimasukkan ke dalam cetakan bulat dan dikukus hingga matang. Setelah matang, kue dibiarkan dingin dan mengeras sebelum disajikan.

Variasi dan Inovasi

Meskipun Kue Keranjang memiliki akar tradisional yang kuat, seiring waktu, berbagai variasi dan inovasi telah muncul. Beberapa orang menambahkan bahan tambahan seperti kacang, kelapa parut, atau bahkan cokelat untuk memberikan sentuhan modern pada kue ini. Namun, esensi simbolis dan makna kultural tetap dijaga dengan cermat.

Sebagai warisan budaya yang berharga, Kue Keranjang terus menjadi bagian integral dari perayaan Tahun Baru Tionghoa dan perayaan keluarga. Keberlanjutan tradisi ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya dapat bertahan dan diteruskan melalui generasi, menjadikannya lebih dari sekadar makanan tradisional, tetapi juga bagian penting dari identitas dan warisan masyarakat Tionghoa.