Hari ini 6 tahun lalu, kampanye World Hijab Day dimulai sama seorang muslim kelahiran Bangladesh bernama Nazma Khan. Kampanye ini digagas Nazma karena latar belakang hidupnya yang sempet merasakan diskriminasi sebagai seorang muslimah berjilbab di Amerika. Nazma sendiri sebenernya udah tinggal di New York sejak umur 11 tahun, dan sering mengalami perlakuan diskriminasi dari orang lain sejak kecil.
Konsep kampanye ini adalah mengajak perempuan di seluruh dunia, baik muslim maupun nonmuslim, buat merasakan pengalaman memakai hijab. Pesan yang coba kampanye ini sampaikan adalah empati dan toleransi. Lewat kampanye ini, Nazma pengen semua orang di dunia paham kalau hijab bukan simbol pengekangan dan opresi, tapi justru simbol kebebasan pemakainya.
Sampe sekarang, ada 145 negara yang berpartisipasi. Di beberapa negara, kampanye nggak cuma berupa gerakan pengalaman berhijab, tapi juga diskusi tentang hijab itu sendiri. Di Amerika event official World Hijab Day diselenggarain di beberapa kota, di antaranya New York, Ohio, dan Tennessee. Di Indonesia, acara ini diselenggarain di @america Pasific Place, Jakarta. Di luar official event, semua perempuan di seluruh dunia boleh ikut kampanye ini dengan cara mencoba pake hijab di lingkungan masing-masing.
EMPATI DAN TOLERANSI LEWAT COBA-COBA HIJAB
Meskipun hijab udah makin diterima sebagai bagian dari perkembangan fashion, diskriminasi terhadap perempuan berhijab di negara-negara lain masih sering terjadi. Dilansir dari The New York Times, pasca kepilihnya Donald Trump sebagai presiden tahun lalu, mahasiswa pro-Trump di berbagai universitas di Amerika membuat takut banyak mahasiswa muslim. Di San Jose State University Kalifornia, dilaporkan seorang muslim berjilbab mengeluh gara-gara hijabnya dicopot paksa sama orang asing. Sebenernya sasaran perlawanan mahasiswa pro-Trump ini nggak cuma mahasiswa muslim, tapi juga mahasiswa berkulit hitam.
Di Prancis, penggunaan jilbab masih dilarang di beberapa institusi pendidikan. Dilansir dari The Guardian, nggak cuma institusi pendidikan, banyak perusahaan yang melarang penggunaan simbol-simbol agama di lingkungan kerja. Sebetulnya peraturan tentang pelarangan penggunaan simbol agama ini udah diterapin di beberapa institusi dan perusahaan sejak 2004. Pada 2011 – 2012, serangkan Islamofobia sempet meningkat pesat di Prancis dengan perempuan berjilbab sebagai sasaran utama. Tahun lalu, isu serupa sempet rame dibicarain publik pas Perdana Menteri Prancis Manuel Valls mendukung larangan penggunaan burkini (baju renang hijab) di 24 kota di Prancis.
Di Indonesia sendiri, pelarangan jilbab sempet ada pada 1982. Dilansir dari Tirto.id, pada masa itu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sempet mengeluarkan aturan berisi pelarangan penggunaan jilbab di sekolah-sekolah. Aturan ini muncul sebagai dampak dari menguatnya gerakan Tarbiyah di kalangan pelajar sejak revolusi Iran. Waktu itu, siswa yang pake jilbab di sekolah diperlakukan buruk; dikeluarin dari kelas, dilarang ikut ujian, nggak dikasih rapor, sampe dikeluarin dari sekolah. Larangan ini makin lama makin mengendor dan pada 1981, pemerintah memperbolehkan pelajar dan mahasiswa memakai hijab di sekolah.
Selain gerakan solidaritas yang dimulai sama Nazma Khan ini, udah banyak bentuk-bentuk kampanye solidaritas hijab lain di dunia. Salah satunya, gerakan serupa bernama International Hijab Solidarity Day yang dicanangkan sama muslimah-muslimah dari negara minoritas muslim di Eropa. Selain itu, beberapa channel YouTube media internasional kayak BBC dan Buzzfeed juga sempet mengeluarkan video berisi pengalaman pertama mencoba pake hijab. Ini sebenernya nunjukkin kalo awareness dunia pada hak kebebasan berekspresi dan beragama sebenernya udah ada. Nah, ‘mencoba’ berhijab adalah salah satu cara buat meningkatkan awareness itu. Selain itu, ‘mencoba’ berhijab juga bisa jadi wujud empati kita buat saudara-saudara hijabers di luar sana yang masih struggling berhijab sehari-harinya. Hayo, siapa yang udah nyobain make hijab hari ini?