Pernah ngebayang nggak betapa indahnya masa kecil kita dan rasanya pengen balik ke masa itu karena kita nggak punya beban apa-apa? Atau berharap kita bisa balik ke masa sebelum berantem sama mantan, temen dan sahabat sendiri sampe akhirnya nggak saling bicara dan berasa asing satu sama lain? Masa sebelum kita messed up dan berharap lorong waktu dan pintu ajaib Doraemon bener-bener ada di dunia. Terjebak di ruang nostalgia kalo kata Raisa, hehe.
The past is as elusive a dream as the future. Selalu kita kangenin, kita pengenin. Kalo dalam laporan Mostalgia: A Neuropsychiatric Understanding yang ditulis Alan R. Hirsch, nostalgia is a yearning for an idealized past, a longng for a sanitized impression of the past. Tapi nostalgia ini kata Hirsch sebenernya bukan soal mengingat kenangan masa lalu aja, bukan ke momen tertentu tapi lebih ke emotional state. Kita terlalu mengidolakan satu momen dan lupa buat mencintai momen saat ini. Di abad 17, nostalgia dianggap mental disorder. Tapi penelitian banyak ngebuktiin kalo sebenernya nostalgia ini adalah efek dari perasaan kesepian, anxiety, atau what we also called ‘lelah’ secara mental. Hampir tiap orang mengalami nostalgia setidaknya sekali dalam seminggu seperti dilansir dari New York Times.
Kata nostalgia sendiri pertama kali dipake seorang dokter di tahun 1688 waktu meneliti prajurit dan pasukan militer yang homesick sampe depresi. Apa aja yang bisa disebabkan sama nostlagia buat keadaan kita? Is it good or bad? Let’s find out!
It could calm our feelings, Krystine Batcho selama bertahun-tahun mempelajari tentang ‘nostalgia’ dalam kajian psikologi ngungkapin kalo nostalgia kadang bikin kita bertahan di kala lagi depresi dan tertekan. Dengan mengingat hal yang menyenangkan, kita bisa menumbuhkan harapan kalau kita bisa mendapatkan kebahagiaan itu lagi.
It encourage healthy behaviors. Batcho juga ngejelasin kalo nostalgia kita sama masa lalu bisa mengingatkan kebiasaan baik di masa kecil dan apa aja yang kita lakuin. Kayak hobi berenang, kebiasaan sikat gigi sebelum tidur, disayang sama orang tua. Menurut Batcho energi positif itu bakal bikin kita termotivasi buat membiasakan gaya hidup sehat.
Trus gimana kalau yang kita inget malah masa lalu yang buruk dan menakutkan?
Kebiasaan mengingat masa lalu bikin seseorang belajar dan meminta bantuan ke orang lain. Seseorang dengan masa lalu yang buruk biasanya bakal curhat dan minta solusi ke orang yang dia percaya, meski untuk penderita depresi nostalgia bisa jadi ancaman karena bisa membuat mereka makin terjebak dan bisa jadi makin tertekan. Jadi kesimpulan yang bisa kita pelajari adalah: kita bisa gunain kenangan masa lalu sebagai senjata untuk bertahan dan nyiptain kebahagiaan sendiri, atau terjebak dan tersesat di dalamnya. Well nggak ada yang pengen gagal move on dan malah depresi karena kenangan kan? Sometimes we tried and we failed. But let’s not give up. Kalo kita udah berusaha dan masih gagal, mungkin saatnyangobrol ke seseorang dan minta bantuan mereka dan nyari cara biar kita juga bisa bahagia!
